Saya Tuan Rumah

Pernah dulu, kira-kira 2 tahun yang lalu, bersama seorang teman, aku berandai2 menjadi seorang Tuan Tanah (read: Nyonya Tanah).
Jadi kira-kira begini ceritanya:
Aku adalah Tuan Tanah, yang punya lahan luas, yang akan ku gunakan untuk membangun sebuah perumahan.  Saat itu, di kompleks perumahan milikku baru ada 2 rumah yang selesai dibangun. Satu adalah rumah besar yang indah, tapi sepi dan kosong. Rumah yang lain adalah rumah kecil sederhana namun hangat. Kedua rumah itu adalah milikku, aku menghuni keduanya meskipun tidak dalam waktu bersamaan. Aku lebih sering berada dirumah kecilku yang nyaman, namun aku lebih senang berada di rumah besarku yang indah, meski disana dingin dan sepi.
Setahun pun berlalu dengan cepat. Aku memutuskan untuk pindah ke rumah besarku dan meninggalkan rumah kecilku yang nyaman. Aku memilih diam dalam hening, daripada menjadi hangat namun berpura-pura. Aku bahagia tinggal sendirian di rumahku yang besar, sementara rumah kecilku sekarang telah menjadi dingin dan hampa.
Berbulan-bulan aku mencoba 'menghidupkan' rumah besarku. Mencoba merenovasinya, menjadikannya lebih indah, lebih bagus, dengan harapan bahwa suatu saat rumah ini akan menjadi hangat dan aku akan lebih berbahagia di sini. Mencoba mencari sesuatu yang dulu ada di rumah kecilku, yang tak kunjung ku temukan di rumah besarku.
Dan sesaat rumahku menjadi hangat. Aku bahagia sekali. Pertamakali aku merasa fullfilled. Namun itu hanya berlangsung tak lebih dari seminggu. Dan aku kembali sepi dan sendiri di rumah besarku.

Dan suatu kali, ketika aku ada di teras rumah, aku melihat bahwa aku masih punya banyak lahan kosong di sana. Mungkin sebaiknya aku membuat rumah baru, karena meskipun telah punya 2 rumah, tapi aku tak bisa menemukan tempat yang nyaman untuk tinggal.
Ku bangunlah rumah itu, tak begitu besar, namun cukup nyaman untuk saat ini. Rumah baruku tak terlalu hangat, tapi nyaman. Meski kadang aku mampir menengok kedua rumahku yang lainnya, tapi sekarang aku sudah punya tempat pulang yang mampu menawarkan hangat dikala hujan, mengumpulkan awan untuk aku berlindung.

Comments

  1. Rahayu, follow sukses di urutan #13, ditunggu re-follownya di http://wilwatiktamadani.blogspot.com. Thanks.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Keluarga ini Membuatku Berarti

Sastra

Seuntai kata (3)