Belajar Dewasa
Makin hari, makin tahun, saya makin sadar bahwa hidup itu ga seharusnya cuma sekadar di jalani. Waktu masih SMA, moto hidup saya adalah "go with the flow", sekarang kalau dipikir-pikir lagi, hidup dengan motto seperti itu adalah hidup yang tidak jelas ujung pangkalnya.
Saya mengumpamakan hidup menjadi sebuah aliran air, misalnya di sungai. Padahal air di sungai pada dasarnya hanya akan berakhir pada air terjun atau berakhir di laut. Hidup saya ketika itu ternyata berada pada tempat yang berbahaya, dan saya malah tidak tau..hmm..
Sekarang, mungkin tidak terlalu berbeda. Tetapi, makin banyak pengalaman hidup yang saya alami, makin dalam pengetahuan saya tentang hidup dan kehidupan.
Dulu, saya pernah membuat keputusan penting dalam hidup yang hingga bertahun-tahun masih saya sesali. Dengan bodohnya saya baru menyadari bahwa keputusan itu membawa pengaruh baik terhadap perkembangan mental saya. Membuat saya merasakan lebih, bersabar lebih, dan berpikir lebih.
Ketika masih SMA, saya termasuk orang yang masa bodo terhadap masa depan. Karena kehidupan yang saya miliki waktu itu terasa sangat sempurna dan menyenangkan. Nah, momen kelulusan ternyata menyadarkan saya bahwa kita ga bisa selama berada dalam safe place. Saya harus menentukan masa depan saya melalui universitas mana yang harus saya masuki untuk melanjutkan pendidikan.
Saya masih berpikir bahwa hidup ga akan berbeda jauh dengan masa-masa sekolah, padahal nyatanya hidup telah move on and leave me behind. Teman-teman dekat saya pergi kuliah ke luar kota dan luar pulau sedangkan saya diterima di salah satu universitas negeri di kota saya. Saat itu saya merasa sendiri dan ditinggalkan. Sekuat hati saya merasa bahwa saya harus mengejar mereka untuk tetap bisa merasakan kenyamanan yang sama seperti dulu.
Pada saat itulah saya memutuskan untuk pindah dan berusaha masuk di Sekolah Tinggi Kedinasan, STIS, dengan satu alasan bahwa STIS berada di Jakarta, di Pulau Jawa, sehingga saya bisa dekat dengan teman-teman saya. Masih dengan harapan saya bisa menemukan kenyamanan bersama mereka.
Akhirnya saya diterima dan bisa kuliah di Jakarta. Bahagia karena bisa berada di safe place lagi. Kebahagiaan yang berlangsung kurang dari setahun, karena satu dan lain hal, saya bermasalah dengan teman tersebut lalu lose contact. Seketika saya disadarkan oleh Tuhan bahwa sekarang saya sendirian berada di Jakarta. Seketika itu juga saya menjadi rindu rumah dan ingin pulang. Kembali dengan rasa putus asa yang sama, karena hidup saya sudah tidak lagi nyaman dan saya kesepian, sendirian, gamang.
Saat itu, masih dengan moto hidup yang sama, saya hidup sekedar menjalani hidup. Saya pun membuat bermacam keputusan bodoh hanya agar tidak kesepian, merasa ada dan diterima. IP berantakan. Seringkali saya menyesali diri, berkata lebih baik saya tidak usah berada di sini.
Dan sekarang, setelah 5 tahun itu berlalu, saya baru menyadari bahwa kuliah di STIS, berada jauh dari keluarga telah mengajari saya banyak hal. Membuat saya mengalami berbagai macam hal menakjubkan. Bahkan sekarang pun saya mencintai diri saya sendiri. :)
bahwa setiap keputusan akan berdampak besar terhadap kehidupan, mungkin berdampak buruk, tapi makna yang lebih dalam dapat digali dengan baik. Menjadikan kita lebih dewasa dan mengajarkan sudut pandang baru tentang hidup.
Saya mengumpamakan hidup menjadi sebuah aliran air, misalnya di sungai. Padahal air di sungai pada dasarnya hanya akan berakhir pada air terjun atau berakhir di laut. Hidup saya ketika itu ternyata berada pada tempat yang berbahaya, dan saya malah tidak tau..hmm..
Sekarang, mungkin tidak terlalu berbeda. Tetapi, makin banyak pengalaman hidup yang saya alami, makin dalam pengetahuan saya tentang hidup dan kehidupan.
Dulu, saya pernah membuat keputusan penting dalam hidup yang hingga bertahun-tahun masih saya sesali. Dengan bodohnya saya baru menyadari bahwa keputusan itu membawa pengaruh baik terhadap perkembangan mental saya. Membuat saya merasakan lebih, bersabar lebih, dan berpikir lebih.
Ketika masih SMA, saya termasuk orang yang masa bodo terhadap masa depan. Karena kehidupan yang saya miliki waktu itu terasa sangat sempurna dan menyenangkan. Nah, momen kelulusan ternyata menyadarkan saya bahwa kita ga bisa selama berada dalam safe place. Saya harus menentukan masa depan saya melalui universitas mana yang harus saya masuki untuk melanjutkan pendidikan.
Saya masih berpikir bahwa hidup ga akan berbeda jauh dengan masa-masa sekolah, padahal nyatanya hidup telah move on and leave me behind. Teman-teman dekat saya pergi kuliah ke luar kota dan luar pulau sedangkan saya diterima di salah satu universitas negeri di kota saya. Saat itu saya merasa sendiri dan ditinggalkan. Sekuat hati saya merasa bahwa saya harus mengejar mereka untuk tetap bisa merasakan kenyamanan yang sama seperti dulu.
Pada saat itulah saya memutuskan untuk pindah dan berusaha masuk di Sekolah Tinggi Kedinasan, STIS, dengan satu alasan bahwa STIS berada di Jakarta, di Pulau Jawa, sehingga saya bisa dekat dengan teman-teman saya. Masih dengan harapan saya bisa menemukan kenyamanan bersama mereka.
Akhirnya saya diterima dan bisa kuliah di Jakarta. Bahagia karena bisa berada di safe place lagi. Kebahagiaan yang berlangsung kurang dari setahun, karena satu dan lain hal, saya bermasalah dengan teman tersebut lalu lose contact. Seketika saya disadarkan oleh Tuhan bahwa sekarang saya sendirian berada di Jakarta. Seketika itu juga saya menjadi rindu rumah dan ingin pulang. Kembali dengan rasa putus asa yang sama, karena hidup saya sudah tidak lagi nyaman dan saya kesepian, sendirian, gamang.
Saat itu, masih dengan moto hidup yang sama, saya hidup sekedar menjalani hidup. Saya pun membuat bermacam keputusan bodoh hanya agar tidak kesepian, merasa ada dan diterima. IP berantakan. Seringkali saya menyesali diri, berkata lebih baik saya tidak usah berada di sini.
Dan sekarang, setelah 5 tahun itu berlalu, saya baru menyadari bahwa kuliah di STIS, berada jauh dari keluarga telah mengajari saya banyak hal. Membuat saya mengalami berbagai macam hal menakjubkan. Bahkan sekarang pun saya mencintai diri saya sendiri. :)
bahwa setiap keputusan akan berdampak besar terhadap kehidupan, mungkin berdampak buruk, tapi makna yang lebih dalam dapat digali dengan baik. Menjadikan kita lebih dewasa dan mengajarkan sudut pandang baru tentang hidup.
kyknya aku tau sp "teman" itu :)
ReplyDeletepenting ya cha? :P
ReplyDelete