Mengoceh Tentang Pola Pikir

Selamat Bulan Agustus! ^,^

Kalo dipikir-pikir, saat bumi ini terus berputar, orang-orang koq ga ngerasa pusing ya.. hehe #PertanyaanBodoh

Ada istilah "Hidup itu Bagai Roda, kadang di atas, kadang di Bawah" Nah, hidup juga muter kan y? Sama aja kayak Bumi yang kita tinggali, kita hidupi.

Seperti hidup saya, hidup Anda, hidup kita semua. Ga ada yang stagnan, semua berubah dan dinamis. Saya sekarang terhitung berumur 22 Tahun 17 hari. Banyak banget pengalaman yang udah saya alami, semuanya bisa berubah jadi pengalaman hidup, atau cukup sekedar jadi pengalaman lalu. Ada yang menjadi kenangan, ada yang terlupakan.

Tahun ini, kado ulang tahun saya sangat berkesan. Kenangan. Kado indah yang belum pernah dikasih sebelumnya. Thanks to you Ju.. :)
#SalahFokus 

http://school.discoveryeducation.com/clipart/images/thinkingcapwhoa_color.gif


Weekend lalu, saya ketemu sama teman baru, mengobrol sebentar, nyambung, lalu memulai obrolan yang cukup menyita pikiran saya. Tentang Perubahan Pola Pikir dan Merantau. Fenomena ini mungkin dialami oleh teman-teman yang sudah hidup jauh dari kampung halaman. Keterbukaan orang-orang di kota membuat pemikiran kita tentang nilai-nilai yang dulu kita junjung cenderung melunak. Bukan selalu berkonotasi negatif lho.

Kadang, nilai itu disesuaikan dengan wilayahnya. Kayak pepatah bilang " Dimana Bumi Dipijak, Di sana Langit Dijunjung". Nilai yang saya maksud di sini adalah nilai bermasyarakat, bukan norma atau nilai agama. Di Indonesia, pada umumnya norma yang dianut cenderung seragam, karena memang kita adalah orang timur.

Back to nilai bermasyarakat. Sebagai contoh di Jakarta, pola hidup individualis membuat masyarakatnya terbiasa untuk tidak perduli pada remeh-temeh masalah orang lain. Bahkan saya juga ngalamin, hidup empat tahun tanpa kenal siapa nama tetangga di sebelah rumah. Hal ini lebih disebabkan mobilitas masyarakat yang tinggi. Berangkat pagi, pulang malam dengan pintu pagar rumah selalu terkunci rapat. Buat yang baru mulai hidup di Jakarta, mungkin pola seperti itu kesannya 'ga sehat' atau 'ga bermasyarakat' tapi lama-kelamaan hal itu akan membuat kita biasa, lalu menjadi kebiasaan.

Tapi awas, jangan coba-coba berbuat begitu di kampung halaman. Pola hidup masyarakatnya berbeda,    kita harus lebih aware  terhadap lingkungan. Tetangga pun harus dijadikan saudara terdekat, karena akan menjadi orang pertama yang kita hubungi jika terjadi sesuatu.

Makin lama di rantau, pemikiran orang akan semakin mengikuti keadaan di rantau. Mungkin yang pertama menyadari adalah orang-orang di sekitar kita, bahkan kita pun cenderung tidak sadar.
Contohnya saya. Pulang kampung selalu jadi momen menyenangkan buat saya, bisa kumpul sama keluarga, kangen-kangenan, becandaan, dan banyak hal menyenangkan bisa terjadi di rumah.
Tapi, akhir-akhir ini, saya jadi sering adu argumen ga jelas sama orang di rumah. Biasanya abis ngobrol2 seru tentang fenomena di lingkungan sekitar berakhir dengan mengemukakan pendapat-pendapat yang ternyata ga semua orang bisa terima. Mama saya malah bilang "Begini nih anak kota".
Semuanya tetap seru, karena akhirnya setiap orang bisa berpendapat, bukan melulu mendengarkan dan didikte.

Jadi begitulah, Obrolan singkat bersama teman baru berakhir dengan tulisan ini. Mungkin banyak yang ga setuju, mungkin juga ada yang mengamini, namun inilah hasil berpikir saya setelah beberapa hari ini 'nganggurin' otak dengan dalih berlibur.hehe

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa, teman.. :)

Comments

Popular posts from this blog

Keluarga ini Membuatku Berarti

Sastra

Seuntai kata (3)